Selasa, 13 Juni 2017

Makan Malam Bersama Keluarga


Makan Malam Bersama Keluarga




Anda super sibuk? Tidak memiliki waktu yang cukup untuk anak-anak? Jangan abaikan hal-hal kecil yang bisa memberikan kebaikan jangka panjang bagi anak-anak. Contohnya adalah makan bersama keluarga.


Para peneliti di Rutgers, State University of New Jersey, menyatakan banyak sekali manfaat yang didapatkan anak-anak dari kebiasaan makan malam bersama keluarga.


1. Kebiasaan makan malam bersama keluarga bisa mencegah terjadinya obesitas pada anak.


2. Makan bersama keluarga mendorong anak untuk mengkonsumsi lebih banyak buah, sayuran, serat, serta berbagai jenis makanan yang kaya kalsium dan vitamin.


3. Anak-anak dari keluarga yang memiliki kebiasaan makan malam bersama jarang mengkonsumsi junk food dan soft drink.


4. Anak-anak cenderung memiliki pola makan yang lebih baik.


5. Anak-anak juga cenderung memiliki prestasi yang lebih baik di sekolah.


Ayo luangkan waktu untuk makan malam bersama keluarga. Bukan soal menu apa yang dimakan dan dimana makan, namun soal kebersamaan.












Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Lihat Kelebihan Pasangan Bukan Kekurangannya








Jika suami melihat ada kekurangan isteri, hendaknya juga melihat bahwa telah banyak kelebihan dimiliki isteri selama ini. Ada cinta, pengorbanan, kesetiaan, pelayanan, yang diberikan isteri selama ini yang tidak bisa dinilai dengan harta atau materi. Keseluruhannya tidak bisa dihilangkan oleh karena isteri melakukan sebuah kesalahan atau menampakkan kelemahan yang membuat suami tidak berkenan.


Demikian pula apabila isteri melihat ada kekurangan pada suami, hendaknya bisa melihat sisi-sisi kebaikan suami yang telah ditampakkan selama ini. Ada tanggung jawab, perlindungan, kasih sayang, perhatian, bantuan dan pemberian yang tak bisa terhapuskan begitu saja oleh karena suami melakukan suatu kesalahan atau memiliki kelemahan.


Sangat diperlukan timbangan keadilan dalam memberikan penilaian kepada pasangan, justru karena tidak ada seorang manusiapun yang sempurna.

Pak Cah






Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

# Keluarga dan Negara #




# Keluarga dan Negara #



Dean Jaros menulis dalam buku “Socialization to Politics”, bahwa pengetahuan anak-anak tentang kekuasaan yang ada dalam institusi keluarga merupakan awal pengetahuannya terhadap kekuasaan di dalam negara dan kedudukannya di dalam negara.


Maka, membuat aturan dalam keluarga, mendidik semua anggota keluarga untuk mentaati aturan, bermusyawarah, berdiskusi, negosiasi, sifat kasih sayang, kelembutan, keadilan, tolong menolong, perlindungan, transparansi, pengambilan keputusan dalam ruang lingkup keluarga, menjauhi sikap otoriter, semua merupakan bagian utuh dari pendidikan kenegaraan di dalam institusi keluarga.


#Jasputih
Cahyadi Takariawan












Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Senin, 12 Juni 2017

Suami dan istri, siapa yang paling baik?


Suami dan istri, siapa yang paling baik? 









Suami dan istri, siapa yang paling baik? Rumusnya sederhana saja.


1. Siapa yang paling cepat meminta maaf kepada pasangan, dialah yang paling baik.


2. Siapa yang paling cepat memaafkan pasangan, dialah yang paling baik.


3. Siapa yang paling cepat mengalah demi kebaikan bersama, dialah yang paling baik.


4. Siapa yang paling cepat menyesuaikan keinginan pasangan, dialah yang paling baik.


Insyaallah anda yang paling baik.


Cahyadi takariawan










Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

"Kehadiran" Ayah



"Kehadiran" Ayah



Kendati kesibukan mendera setiap saat, namun harus ada upaya membuat LIMA bentuk kehadiran ayah di tengah anak-anak. Pertama, Kehadiran Fisik. Kehadiran ayah secara fisik sangat diperlukan oleh anak-anak. Pelukan seorang ayah kepada anak-anaknya, terutama yang masih kecil, sangat memberikan makna bagi perkembangan kejiwaan anak. Kehadiran fisik tidak bisa digantikan dengan sarana teknologi, secanggih apapun teknologi itu.





Kedua, Kehadiran Hati. Kendati kadang harus terpisah jauh secara fisik, anak tetap bisa merasakan kehadiran sang ayah di dalam hatinya. Kebiasaan ayah untuk menelpon, mengirim sms, menulis email, atau mengirim hadiah kepada anak-anak, menjadi salah satu sarana untuk menghadirkan ayah di hati anak-anak.


Ketiga, Kehadiran Pikiran. Seorang ayah yang selalu memikirkan masa depan anak-anak, akan mampu bekerja dengan serius dan bersungguh-sungguh. Karena ia ingin agar anak-anaknya sukses dunia akhirat. Ia ingin anak-anaknya menjadi manusia yang bermartabat dan memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama. Maka itu akan membuat ayah bekerja semakin giat dan penuh rasa cinta.


Keempat, Kehadiran Doa. Jangan pernah mengabaikan doa. Sebut nama anak-anak dalam doa kita. Ketika ayah menyempatkan waktu untuk selalu mendoakan anak-anaknya, maka anak-anak pun akan merasakan kehadiran sang ayah dalam kehidupan mereka. Doa adalah kekuatan spiritual yang luar biasa hebatnya.




Kelima, Kehadiran Materi. Kewajiban ayah memberikan kecukupan materi bagi anak-anak, namun tidak hanya sebatas pemberian materi. Ayah tidak boleh merasa puas dan cukup hanya karena sudah menunaikan kewajiban pemenuhan kebutuhan materi kepada anak-anak, karena mereka bukan hanya perlu materi. Anak-anak memerlukan cinta, kasih, sayang, perhatian dan kebersamaan dari ayahnya.







https://www.facebook.com/parentingislam00/posts/735500653145689












Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Agar Anak Menjaga Diri dari Gangguan Seksual



Agar Anak Menjaga Diri dari Gangguan Seksual




.PESAN PENTING Dari Yayasan Kita dan Buah Hati terkait dengan PKN (Pekan Kondom Nasional) untuk para ayah bunda yg sangat dirahmati Allah...actually we can't do much work, but keep going...



AYAH, katakan pada anak perempuanmu: "engkau kebanggaan ayah, buah hati ayah, jaga diri dan tubuhmu baik2 ya nak. tidak ada yg boleh menyentuhmu seujung rambutpun... jika ada yang sampai menyentuhmu, ayah akan kejar dia sampai ke ujung dunia manapun! tolong ingat pesan ayah ya nak...



"BUNDA, sampaikan pada anak laki-lakimu: "nak, jaga tanganmu dari menyentuh siapapun... bundamu ini perempuan nak, apakah engkau rela jika ada org yg sembarangan menyentuhnya? Bunda tidak bisa selalu melihatmu, tapi ingat bahwa Allah selalu melihatmu...



"AYAH BUNDA, semua ini hanya bisa dikatakan, dari hati ke hati, bukan dng emosi, dan ini efektif jika bonding antara anak dan ortu terjalin dengan baik sejak dini.. namun tdk pernah ada kata terlambat...dan ingatlah Allah lah pemegang hati para hamba-Nya..



Semua hal berawal dari KELUARGA ... berdasarkan riset, tanyalah pada anak2 yg berada di penjara atau terkait dng geng2 motor bagaimana hubungan mereka dengan ayah... dan bundanya.. bahkan beberapa negara menyebut penjara sebagai a centre of FATHERLESS men...



Tempatkan AYAH kembali ke kursi kehormatannya, sebagai penentu kebijakan dan hormati setiap pendapatnya...



Dan wahai BUNDA, belajarlah ttg pola komunikasi, bagaimana dng anak laki dan perempuan, pelajari perbedaan otak mereka.Maha Baik dan Indah Allah SWT yg mengingatkan kita ttg pentingnya menjaga pandangan dan kemaluan dalam kitab-Nya..dari aspek NEUROSCIENCE: pandangan yg tak terjaga (dlm hal2 yg diharamkan) akan otomatis MERUSAK OTAK. 



Otak yg rusak, akan menyebabkan perilaku kita mjd binatang dan tak kan mampu menjaga kemaluan...Hentikan menghujat siapapun. Kembali lah ke rumah dan renungkan apakah kita sdh mjd orgtua terbaik untuk anak-anak kita, sehingga mereka layak memikirkan kita sebelum mereka bertindak amoral....












Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Mengapa Rumah Laba-Laba Lemah Menurut Al- Qur’an?









Mengapa Rumah Laba-Laba Lemah Menurut Al- Qur’an?







Menurut ahli zoologi evolusioner University of Aarhus di Denmark dan ahli jaring laba-laba Fritz Vollrath, jaring laba-laba lebih tahan lama dan elastis dibanding fiber terkuat buatan manusia (Kevlar) yang digunakan untuk membuat rompi antipeluru.


Menurut profesor emeritus teknik mesin di University of Houston John Lienhard, selain sangat lentur,jaring laba-laba mampu meregang hingga 140% tanpa rusak. Seperti dikutip dari “lifeslittlemisteries”, untuk bahan sekuat ini, jaring laba-laba termasuk sangat ringan.


Para ilmuwan sudah mengakui kekuatan jaring laba-laba. Benangnya lima kali lebih kuat dari dengan ketebalan yang sama. Padahal, baja termasuk material paling kuat yang tersedia bagi manusia. Selain itu, benang laba-laba memiliki gaya tegang 150.000 kg/m2. Jika ada seutas tali berdiameter 30 cm terbuat dari benang laba-laba, maka ia akan mampu menahan beban 150 mobil.


Dengan Fakta tersebut mengapa dalam AlQur’an menyebutka bahwa rumah terlemah adalah rumah laba-laba? Yaitu dalam surah Al-Ankabut ayat 41


مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ


Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 41)


Ayat di atas memberi perumpamaan bahwa serapuh-rapuhnya sandaran atau selemah-lemahnya pertolongan adalah bagi siapa saja yang menjadikan selain Allah sebagai sandaran hidup atau pelindungnya. Seseorang yang menyandarkan hidupnya kepada harta, prestasi, popularitas, pangkat, jabatan dan kedudukan. Maka semua itu adalah sandaran yang rapuh, rapuh dan rapuh. Begitu banyak manusia stress, putus asa, kecewa bahkan nekat mengakhiri hidup karena sandaran yang dikejarnya tidak kunjung datang, bila didapatkan, sifatnya hanya sementara tidak bersifat abadi, bahkan terkadang sandaran itulah yang menjadi awal kehinaan baginya di dunia dan di akhirat.


Semua sandaran selain Allah ibaratnya adalah rumah laba-laba. Waktu, tenaga dan kerja keras yang dicurahkan guna mengejar dan mendapatkan sandaran selain Allah itu berarti semisal laba-laba yang sedang berusaha membangun rumahnya. Dan Allah menegaskan bahwa “Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.”


Kelemahan rumah laba-laba, bukan pada unsur atau struktur bangunannya. Kalau itu yang dijadikan patokan maka rumah laba-laba adalah rumah paling kuat.Kelemahannya ada pada fungsi utama sebuah rumah. Sebuah rumah mempunyai fungsi utama untuk melindungi penghuninya.Namun pada rumah laba-laba,rumah itu tidak melindunginya sama sekali dari hujan,panas,angin,dll untuk penghuninya.


Kelemahannya juga terdapat pada esensi kehidupan rumah tangga yang rapuh dan sangat rapuh. Amatilah dengan teliti, dalam satu sarang hanya ada satu laba-laba, yaitu laba-laba betina. Menurut pakar bahasa Arab kata al-ankabut tergolong mudzakkar. Tetapi Allah menginformasikan bahwa yang membangun sarang adalah laba-laba betina, “Ittakhadzat baitan”. Dalam ilmu i’rab, fail-nya adalah dhamir mustathir taqdiiruhu hiya bahwa yang membangun sarang adalah laba-laba betina. Jika terlihat dua laba-laba dalam satu sarang, maka salahsatunya adalah jantan. Sijantan mendekati sarang untuk hajat biologis dengan betina. Bila hajatnya tertunaikan, ia harus segera pergi menjauh dari sarang. Jika tidak, sibetina menjadi buas lalu menerkam dan memangsanya. Bila laba-laba betina bertelur dan menetaskan telur-telurnya, anak laba-laba harus segera pergi meninggalkan sarang secepatnya, sebab ia juga akan diterkam dan dimangsa oleh induknya sendiri.


Singkatnya kehidupan rumah tangga semisal kehidupan rumah tangga laba-laba adalah kehidupan yang kacau balau, meskipun struktur dan bangunan rumah terlihat elit, kuat, megah dan besar. tidak ada ketenangan, ketentraman, kedamaian dan kerukunan dalam kekeluargaan. Yang ada adalah perselisihan, pertengkaran dan perang sesama anggota keluarga. Suami dan istri bertengkar, bercerai hingga terkadang berujung pada tewasnya salah satu dari mereka. Begitu sering terdengar dan terlihat di stasiun tv seorang suami menyiksa istrinya, membakar istrinya, menggorok leher istrinya bahkan memutilasinya. Atau istri yang memaki-maki suaminya, meracuninya, bahkan membunuhnya. Sisi yang lain, Anak-anak tidak mau taat terhadap orang tua, sukanya mabuk-mabukan, hambur-hambur uang, hidup glamour, pergaulan bebas, menghamili anak orang atau malah hamil di luar nikah, merasa lebih betah di luar rumah hingga terjerat narkoba dan mati mengenaskan. Semua ini dan contoh-contoh semisalnya menggambarkan kehidupan rumah tanggah yang rapuh sama dengan kehidupan rumah tangga laba-laba. Karena itulah pertahanan rumah laba-laba akan bobol bila angin bertiup kencang, atau ada tangan-tangan manusia yang mengusik dan merusaknya. Begitulah kehidupan seseorang yang dibangun tidak atas Iman dan Islam, sangat-sangat rapuh. Pertahanannya akan bobol cepat atau lambat seiring besarnya angin fitnah bertiup, dan dekatnya ia kepada manusia-manusia yang jauh dari Allah.


Intinya, Siapa yang berpaling dari peringatan Allah, tidak menjadikan Islam sebagai bingkai kehidupannya, melalaikan ibadah dan menjauhi pergaulan dengan orang-orang yang shaleh. Sebaliknya menggantungkan hidup kepada selain Allah, kepada harta, popularitas, jabatan dan kedudukan serta hal-hal yang dianggap bisa memuaskan syahwat. Lalu berusaha mengejarnya, maka tidaklah ia dapatkan di akhir perjalanannnya itu melainkan penderitaan dan kehinaan yang tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat.


وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى . قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا .قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى .


Artinya : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya adalah penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?. Allah berfirman: Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” (QS.Thaha : 124-126)


Semoga Allah memperbaiki kehidupan dunia yang merupakan negeri perbekalan bagi kita menuju akhirat sebagai negeri balasan atas perbekalan yang disiapakan. Menjadikan bagi kita dari kehidupan dunia ini tambahan kebaikan dan keberkahan. Menjadikan kematian sebagai akhir dari keburukan-keburukan. Dan semoga kita hidup dan mati karena Allah, dimasukkan dan dipertemukan di dalam surga-Nya. (Amin yaa Rabbal ‘aalamin)





https://islamapia.wordpress.com/2016/05/03/mengapa-rumah-laba-laba-lemah-menurut-al-quran/











Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Kamis, 18 Mei 2017

Jangan Buka Aibmu






Jangan Buka Aibmu 








 Kira-kira siapa sih orang yang nggak punya aib. Saat ini, tak ada manusia yang serba sempurna dalam segala hal, selalu saja ada kekurangan. Boleh jadi ada yang bagus dalam rupa, tapi ada yang kekurangan dalam gaya bicara. Bagus dalam menguasai ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi kalau ada saingan. Kuat di satu sisi, tetapi rentan di sudut yang lain.



Tapi mungkin nggak orang membuka aibnya. Hmmm tentu aja, bisa saja entah sengaja atau tidak sengaja. Berikut ini yang bisa membuka aib kita:


1. Dia membuka kisah-kisahnya dengan bangga padahal itulah aibnya. 

Saya punya seorang teman, tidak ganteng sih.. Tapi dia dengan bangganya menceritakan berbagai kisah cinta monyet dan kisah cinta kebablasannya dengan berbagai wanita.

Atau kisah sahabat saya yang lain yang dengan bangganya menceritakan mudahnya mencari pasangan. Seakan ingin sebagai pengakuan kelebihannya.



Padahal bahwasanya Nabi saw bersabda,”Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aibnya sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah swt kemudian di pagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu.” (HR. Bukhori dan Muslim)


Hadits ini membuat saya tersentuh, menyadari betapa kasih sayang Allah demikian dalam! Kita melakukan berbagai yang menurut agama adalah pelanggaran/maksiat, dengan kasih sayangNya, Allah menutup aib kita tapi kita ceritakan ke orang lain bahkan kita ceritakan ke semua orang melalui blog, koran atau media lainnya


2. Membuka aib seorang mukmin 

Membuka aib seorang mukmin berarti memperlihatkan aib sendiri. Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bersaudara. Sebuah persaudaraan yang jauh lebih sakral ketimbang satu ayah dan satu ibu. Karena Allah sendiri yang menyatakan kekuatan persaudaraan itu:


“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara….” (Al-Hujurat: 10)


Kawan…semua orang punya aib, hatta saya sendiri, alhamdulillah Allah masih menghijab aib saya dari sebagian orang. Mari kita tutup aib kita, kita perbaiki diri kita dengan menuju ridhoNya, dan kita bercermin dengan aib kita. Tataplah kekurangan diri sebelum menilai kekurangan orang lain, ego manusia selalu mengatakan kalau “sayalah yang selalu baik dan yang lainnya buruk.


Bila kita melihat aib orang lain, tatap aib saudara mukmin lain dengan pandangan baik sangka. Mungkin ia terpaksa, mungkin itulah pilihan terburuk dari salah satu pilihan yang terburuk. Mungkin langkah dia jauh lebih baik dari langkah kita, jika berada pada situasi dan kondisi yang sama. Jangan membongkar aibnya, karena kita tahu kita adalah saudara.



https://mujitrisno.wordpress.com/2009/05/13/jangan-buka-aibmu/






Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Doa untuk Sekeranjang Tempe








Doa untuk Sekeranjang Tempe




Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe . Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. “Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. ..” demikian dia selalu memaknai hidupnya.



Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan- ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk akan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe .




Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. “Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku…”



Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung.


Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe . Dan… dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang “memproses” doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau maha tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe . Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku…”

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe . Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan… belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut. “Keajaiban Tuhan akan datang… pasti,” yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, “tangan” Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa… berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. “Pasti sekarang telah jadi tempe !” batinnya.


Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan… dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, aitmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.


Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar…merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan… esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan “teman-temannya” sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat…


Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. “Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??” Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. “Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe …”

Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. “jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe …” “Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?” tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. “Duh Gusti… bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! “Alhamdulillah! ” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?” “Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi,saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Ohh ya, jadi semuanya berapa, Bu?”


Pembaca, ini kisah yang biasa bukan? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan “memaksakan” Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sangat sempurna. Kisah sederhana yang menarik, karena seringkali kita pun mengalami hal yg serupa.

Di saat kita tidak memahami ada hikmah di balik semua skenario yg Allah SWT takdirkan.


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 216)




*****************************************************
“Allahumma baariklana fi Rajaban wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan…amiin”
*****************************************************
kafemuslimah.com










Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Resensei Buku : Engkaulah Matahariku

Engkaulah Matahariku
















Dialog Ruang dapur, “Bi, apa aku juga mataharimu?”. “Tentu Mi, engkaulah Matahari bagiku dan bagi anak-anak, bukankah engkau terbenam di kala malam tiba….”





Pagi itu – Ahad, 17 Agustus 2003 – istri saya menunjukkan salah satu artikel dalam majalah UMMI edisi terbaru. Di sana terpampang sebuah judul ‘Istriku, matahariku’. Artikel pada Kolom Ayah tersebut menjadi bahan cerita kami di sela-sela persiapan melepas anak-anak untuk upacara bendera. Sang penulis artikel – menurut istri – bercerita tentang aksi akrobatnya dalam mengasuh lima orang anaknya tanpa sang ibu yang sedang mengikuti sebuah acara. Dan di akhir kolom itu, sang penulis memuji istrinya sebagai Matahari yang selalu bersinar, menerangi dan menghangatkan setiap jiwa. 


Artikel tersebut menjadi bahan dialog kami. “Bi, apa aku juga mataharimu?”. “Iya Mi, kamu adalah Matahari bagiku dan bagi anak-anak. Bukankah engkau terbenam di kala malam tiba….”


Kami ‘terpaksa’ menutup dialog singkat tersebut dengan senyum sejuta makna, karena para pasukan kami telah siap dengan ‘baju tempurnya’ dan hanya menunggu saat pemberangkatan oleh para ‘komandan’ ke ‘medan tempur’.


Mungkin anda memiliki perumpamaan yang lain untuk pasangan anda. Atau – boleh jadi – anda merasa tak perlu memberikan sebuah perumpamaan kepada pasangan anda. Anda merasa cukup mencintainya, apa adanya dan tanpa perumpamaan. Semuanya memang terserah anda. 


Namun ada yang tidak terserah anda. Mendidik anak-anak kita menjadi seseorang yang bermakna bagi negara dan agama ini, bukanlah sesuatu yang terserah kita. Tugas itu lebih sebagai kewajiban daripada sebagai sebuah pilihan. 


Risalah sederhana ini mungkin tidak akan romantis dan jauh dari getar-getar kemesraan. Sejujurnya saya ingin menulis tentang romantisme dan kemesraan. Bahkan saya ingin menyengaja menggunakan istilah yang – saya anggap – romantis dan mesra. Konon anda – para ibu – menghargai kemesraan dengan sangat baik. Tetapi tidak. Saya putuskan saya tulis seperti ini. Apa adanya. 


Mungkin saja saya telah ‘bunuh diri’ dalam menulis buku ini. Karena tidak selalu membenarkan dan membela anda. Namun, karena saya juga sedang berusaha jujur pada diri sendiri tentang peran-peran kita – baik sebagai suami maupun istri dan sebagai ayah dan ibu dari anak-anak kita – , maka saya mohon maaf jika pada ruang berikut ini tersaji juga sesuatu yang tidak nyaman bagi anda. Saya juga mohon maaf jika risalah ini nantinya tidak saja menyajikan pujian bagi anda. Melainkan juga ada sajian yang bernuansa sindiran dan kritik. Ini saya lakukan semata untuk sebuah keberanian untuk melihat keadaan kita secara obyektif. 


Di buku ini, Alhamdulillah, saya berkesempatan menulis tentang tarbiyah akhwat, tentang pendidikan anak-anak, tentang poligami, tentang rumah kita, tentang perempuan karier, tentang pengelolaan keuangan, tentang proses penyesuaian diri, tentang sex, tema pacaran, tentang selingkuh, tentang peran sosial, tentang korupsi, tentang masjid, tentang sekolah anak-anak, dan tentang hal remeh lainnya. Di buku ini pula saya berkesempatan menatap perempuan sebagai istri, sebagai anak, sebagai ibu, sebagai sahabat, dan sebagai kompetitor. 


Risalah dengan nada ini selayaknya ditulis oleh seorang perempuan hebat dan ternama. Bisa mbak Neno, atau Miranda Risang Ayu, atau ibu Doktor Ratna Megawangi. Atau oleh perempuan hebat lainnya. Bukan oleh saya. Setidaknya saya kalah perempuannya dibandingkan dengan mereka. Dan sekaligus kalah hebat dan ternamanya dibandingkan dengan mereka. 


Tetapi setidaknya saya telah ditempatkan Allah swt di antara perempuan-perempuan. Ada ibu saya yang saya hormati. Ada adik perempuan satu-satunya yang sangat saya sayangi. Ada istri satu-satunya yang ajaib. Dan ada 4 (empat) putri cantik yang harus saya pertanggungjawabkan dihadapan-Nya. 


Sekian tahun perempuan-perempuan itu mengelilingi. Sayang rasanya jika pelajaran-pelajaran dari mereka tercecer tanpa jejak. Dan inilah jejak-jejak kecil dari pengalaman dikelilingi perempuan-perempuan yang saya cintai.


Saya mohon maaf jika naskah ini juga agak ‘subversif’. Mungkin ini adalah semacam upaya pembelajaran untuk mendekati kritik – tidak saja dari sisi hormat dan sayang tidaknya pasangan kita kepada kita namun juga – dari kesanggupan kita untuk mengkonsumsinya sebagai masukan. Meski mungkin agak sulit untuk masuk. Namun bukanlah sebuah masukan, jika kita tidak memasukkan kritik tersebut ke dalam kesadaran dan ke dalam hati kita. Mungkin ini tidak pantas dan tidak layak. Mohon maaf jika demikian. Tetapi setidaknya saya telah tulis sesuatu untuk anda.


Semoga risalah ini menyemangatkan para sahabat, menghangatkan istri, merupakan bakti untuk ibu, dan menimbulkan rasa aman pada anak-anak. Amin.

===================================================================

Judul : Engkaulah Matahariku

Penulis : Eko Novianto Nugroho (Pengarang Sudahkah Kita Tarbiyah)

Penerbit : Pustaka Fahima

Cetak : Cetakan Pertama April 2009



Buku ini ibarat mozaik yang berserak, di belantara kehidupan kaum muslimin yang ingin menjadi bagian dari hizbiyyah rabbaniyah, atau sering disebut spesifik harokah tarbiyah. Nyatalah bahwa penggal-penggal kisah yang diilustrasikan oleh penulisnya, menunjukkan bahwa pelaku tarbiyah tersebut juga manusia biasa, ada emosi yang kadang campur aduk, antara kagum, appreciate atau kadang kecewa, dan marah. Wajarlah



Pak Eko menulisnya tidak dari balik buku-buku tebal di perpustakaan, saya yakin sepenuhnya bahwa apa yang beliau tulis adalah hidupnya sendiri, hidup istri dan anak-anaknya, hidup sahabat-sahabatnya, atasannya, dan orang-orang disekelilingnya yang tergambar direkat oleh cinta yang tak lekang oleh hantaman ujian dan tak lapuk oleh guyuran ruang dan waktu.



Pak Eko mempunyai skill sastra yang terpendam, diluar dugaan saya. Penanya menari-nari kadang berlarian kesana kemari yang menunjukkan banyaknya hal yang harus ditumpahkan pada khalayak pembaca, khususnya pada kaum ibu, ummahat dan wanita secara umum.



– Siti Urbayatun, S.Psi, M.si (Pengasuh rubric keluarga di eramuslim.com dan Dosen Psikologi di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)



Kebetulan saya mengenal pribadi mas eko yang kami akrab panggil ekonov. Beliau adalah murabbi kami secara tidak langsung melalui forum diskusi lewat dunia maya. Walaupun saya tidak melihat pribadinya secara langsung, tetapi saya mencintai pribadinya, tulisannya, dan nasehat-nasehatnya.


















Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Tinggal di Desa atau di Kota ?

Desa atau Kota










‘Abi lebih suka tinggal di kota atau di desa?’, Tanya anakku.

‘Tinggal di desa, nak!’, jawabku mantap.



Aku memang suka tinggal di desa. Bukan membenci kota dan memang tidak terlalu memiliki sumber dana untuk tinggal di kota. Karena 2 (dua) factor itu – kondisi keuangan dan kecenderungan- aku memilih tinggal di kawasan Deresan. Dusun kecil yang memiliki sejarah lumayan panjang itu menjadi pilihan sadar tempat tinggal kami. Tempat kami menyemai cita-cita besar kami. Deresan –dusun kecil di dekat gua Selarong itu, gua perlindungan pangeran Diponegoro- menjadi pilihan sadarku sebagai tempat kami menuliskan sejarah.Tidak ada keistimewaan yang luar biasa dengan Deresan bagi kebanyakan teman. Satu-satunya –sampai saat ini- pegawai DJP yang tinggal di sana. Jarak yang 12 km kerap membuat kawan-kawan mengernyitkan dahi. Situasinya yang jauh dari peradaban kerap membuat pegawai Pajak yang seharusnya tidak suka. Tapi itu tidak menghalangi kami untuk menyemai cita-cita di sana. Itulah rumah kami. Tempat kami menggapai surga.



Untuk kami…

Ketika kawan-kawan seiring memilih tempat tinggal yang seharusnya. Kamipun memilih tempat tinggal kami yang seharusnya menurut kami. Kami tidak butuh akses hiburan malam, maka Deresan adalah pilihan kami. Kami tidak terlalu sedih dengan alamat yang memakai RT dan RW, maka Deresan adalah pilihan yang tidak mengganggu. Kami tidak risau dengan nama Kabupaten- ‘Mbantul… terkesan ndeso’, maka kami memilih Deresan. Kadang kami melawan, ‘Orang kota memang butuh suasana desa, Dan orang yang kurang kota memang membutuhkan tambahan unsur kota’. Maaf, Cuma untuk menguatkan kami. Semoga Allah mudahkan urusan ini… Amin



Dengan segenap doa dan pasrah, kami memilih Deresan. Selama Allah ridho dengan kami, kami diajari untuk tidak takut berbeda dengan kawan seiring. Semoga Allah mudahkan urusan ini.Tapi ternyata ini bukan Cuma urusan kami. Ini juga urusan anak-anak. Anak-anak risau. Setidaknya kami menangkap kerisauan itu. Itulah yang menyebabkan kami tidak membelikan buku tentang farm, jungle, desa dan sejenisnya. Bagi mereka buku tentang peternakan tidak terlalu istimewa. Binatang yang bernama kambing bukan khayalan. Kambing adalah sesuatu yang mereka saksikan, bias mereka sentuh dan mereka rasakan aromanya. Sapi bukan hal asing. Buku tentang Jungle, terasa benar-benar buku terjemahan. Di buku itu ada beberapa binatang yang justru khayalan. Contoh ; Sigung. Sigung adalah binatang yang tidak ada di Indonesia. Ada binatang lain yang memiliki kasus semacam ini. Buku tentang desa juga bukan pilihan kami. Sungai kecil, sawah, ladang, pohon pisang, singkong, semak adalah sesuatu yang mereka kenal di keseharian.Kami membelikan buku semacam ‘The City’, Airport, Station, Hotel dan tema sejenis. Dengannya kami mengenalkan tentang pesawat, escalator, hotel, restoran, traffic light, kantor pos besar, terminal dan lain-lain. Secara bercanda kami sering berkata,’ Rihlah? Rihlah kami ke kota…’. Tidak selamanya ke kota, kadang kami ke pantai Depok (dekat parangtritis, radar TNI AU di dekat pantai Glagah, wana wisata UGM, makan raja-raja di Imogiri dan sejenisnya. Tapi titik tekan kami adalah kota dan segenap peradaban kota.Kami ingin anak-anak mengenal kota tetapi tidak tinggal di kota.Sekali lagi, ternyata ini bukan soal kami semata. Ini juga soal anak-anak. Anak-anak berhadapan dengan sterotipe bahwa desa adalah buruk dan tidak bergengsi. Sedangkan kota adalah sesuatu yang hebat.Sterotipe adalah penyakit komunikasi. Pengambilan kesimpulan tanpa kecukupan data. Sungguh ada banyak hal desa yang bagus untuk kita. Dan tentu ada banyak hal bagus di kota.Mendapatkan hal bagus dari keduanya –desa dan kota- adalah pilihan cerdas.Untuk kami –yang memilih tinggal di desa-, kami harus mengenalkan pola pikir dan cara hidup kota yang bermanfaat. Kami hanya harus menyediakan bacaaan yang sedikit mengenalkan kota. Kami hanya harus jujur terhadap perbedaan desa dan kota. Semuanya agar anak-anak menjadi penduduk desa yang memiliki modal untuk meraksasa.Pada saatnya, kami mengenalkan sisi gelap kota dan sisi gelap desa. ‘Abi, ini penduduk kota yang biasa ya? Yang kalau musim hukan kena banjir?.’, kata anak-anak. ‘Ini anak-anak kota yang tidak memiliki rumah’, kata mereka di depan rumah singgah.



Sisi gelap desa juga kami tunjukkan. Perasaan inferior beberapa kawan mereka yang ditampakkan dengan malu, menunduk dan menjawab dengan jawaban yang sebenarnya sulit disebut sebagai jawaban. Kemiskinan juga ada di desa. Ketinggalan informasi dan lain-lain.

Maka, -bagi kami- mendapatkan hal bagus keduanya adalah keharusan. Adalah tugas kami membuat anak-anak jujur dan siap menjalani hidup.



Kami ingin anak-anak jujur. Jujur melihat hal positif kota dan hal negative kota serta jujur dalam menilai hal positif dan negative desa. Kami ingin anak-anak tidak termanipulasi oleh orang kota yang kurang kota dan tak menyembunyikan kelemahan di balik sebutan ‘orang desa’.

Jika kami bisa menertawakan orang kota yang khawatir kehilangan kekotaannya dengan panik. Dengan sesuatu yang tidak substansial. Kami ingin anak-anak juga bias. Jika kami dapat miris dengan ketertinggalan desa, kami ingin anak-anak memburu kelebihan kota dengan dewasa dan merdeka.



Semoga Allah mudahkan urusan ini.



Eko Novianto Nugroho dalam sebuah forum diskusi di dunia maya….






Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim

Dahulukan Saudaramu Nak…


Dahulukan Saudaramu Nak…








Kadang kita sebel bila disuruh mengalah sama orang tua…apabila kita berkelahi atau berebut suatu barang dengan saudara kita…ada ungkapan “Sing gedhe ngalah karo adine..”



Mungkin ungkapan ungkapan itu membuat kita merasa bahwa saudara kita yang lain yang lebih disayangi orang tua…sayapun dahulu merasa begitu…



Tapi setelah saya pahami ternyata dibalik itu ada hikmah yaitu pendidikan dari orang tua akan pentingnya mendahulukan kepentingan saudara atau dalam islam disebut itsar….dan itsar adalah puncak tertinggi ukhuwah…



Ada kisah itsar yang sangat heroik terjadi pada saat perang Yarmuk. Seorang sahabat yang tidak setenar Abu Bakar Asshidiq atau Umar al Faruq, namanya Ikrimah. Tahukah siapa ayahnya ikrimah..ya ayahnya Abu Jahl…Jahl artinya bodoh..pemimpin mekah pada saat itu. Bodoh bukan dalam artian intelektual karena pada saat itu sastra arab lagi tinggi tingginya….dan Abu Jahl ahli diplomasi. Dijuluki Jahl karena dia bodoh dalam aqidah…menyembah berhala untuk mendekatkan diri pada Allah. Begitulah apabila pemimpin kita nantinya orang yang bodoh dalam aqidahnya jangan disalahkan karena merepresentasikan pemilihnya.



Kembali ke kisah Ikrimah…



Ikrimah bin Abu Jahl seorang mujahid bersama dua sahabat yang lain terbaring dengan luka-luka sangat parah. Ketika seorang sahabat hendak memberinya minum, ia menolak dan menyuruh air itu diberikan ke teman di sebelahnya. Ketika air itu akan diberikan kesebelahnya, orang tersebut juga menyuruh diberikan lagi ke sebelahnya pula. Ia memilih mengalah pula pada saat-saat yang penting tersebut. Namun orang ketiga yang dimaksud sudah meninggal, ketika kembali lagi si pemberi minum ke sahabat yang tengah, ternyata ia sudah syahid juga. Dan ketika beranjak ke Ikrimah, ia pun telah syahid. Subhanallah dalam detik-detik terakhir kehidupan atau di saat-saat kritis sekalipun mereka tetap menjaga itsar mereka.



Marilah kita dahulukan saudara muslim kita….








Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 

Toko Busana Keluarga Muslim